Kerbau, kambing, dan ayam dipotong. Darahnya dilarungkan ke laut. Itulah bagian utama dari prosesi Upacara Adat Macceratasi. Kendati intinya hampir sama dengan upacara laut yang biasa dilakukan masyarakat nelayan tradisional lainnya. Namun upacara adat yang satu ini punya hiburan tersendiri.
Macceratasi merupakan upacara adat masyarakat nelayan tradisional di Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan. Upacara ini sudah berlangsung sejak lama dan terus dilakukan secara turun-temurun setiap setahun sekali. Beberapa waktu lalu, upacara ini kembali digelar di Pantai Gedambaan atau disebut juga Pantai Sarang Tiung.
Prosesi utarna Macceratasi adalah penyembelihan kerbau, kambing, dan ayam di pantai kemudian darahnya dialirkan ke laut dengan maksud memberikan darah bagi kehidupan laut. Dengan pelaksanaan upacara adat ini, masyarakat yang tinggal sekitar pantai dan sekitarnya, berharap mendapatkan rezeki yang melimpah dari kehidupan laut.
Sebelum Macceratasi dimulai terlebih dahulu diadakan upacara Tampung Tawar untuk meminta berkah kepada Allah SWT. Sehari kemudian diadakan pelepasan perahu Bagang dengan memuat beberapa sesembahan yang dilepas beramai-ramai oleh nelayan bagang, baik dari Suku Bugis, Mandar maupun Banjar. Keseluruhan upacara adat ini sekaligus melambangkan kerekatan kekeluargaan antarnelayan.
Untuk meramaikan upacara adat ini, biasanya disuguhkan hiburan berupa kesenian hadrah, musik tradisional, dan atraksi pencak silat. Usai pelepasan bagang, ditampilkan atraksi meniti di atas tali yang biasa dilakukan oleh lelaki Suku Bajau. Atraksi ini pun selalu dipertunjukkan bahkan dipertandingkan pada saat Upacara Adat Salamatan Leut (Pesta Laut) sebagai pelengkap hiburan masyarakat.
Selain Upacara Adat Macceratasi, Kabupaten Kota Baru juga mempunyai upacara adat lainnya, seperti Upacara Adat Babalian Tandik, yakni kegiatan ritual yang dilakukan oleh Suku Dayak selama seminggu. Puncak acara dilakukan di depan mulut Goa dengan sesembahan pemotongan hewan qurban. Upacara ini diakhiri dengan Upacara Badudus atau penyiraman Air Dudus. Biasanya yang didudus (disiram) seluruh pengunjung yang hadir sehingga mereka basah semua.
Ada pula Upacara Adat Mallasuang Manu, yakni upacara melepas sepasang ayam untuk diperebutkan kepada masyarakat sebagai rasa syukur atas melimpahnya hasil laut di Kecamatan Pulau Laut Selatan. Upacara ini dilakukan Suku Mandar yang mendominasi kecamatan tersebut, setahun sekali tepatnya pada bulan Maret. Upacara ini berlangsung hampir seminggu dengan beberapa kegiatan hiburan rakyat sehingga berlangsung meriah.
Tips
Upacara Adat Macceratasi, biasanya diadakan menjelang perayaan tahun baru di Pantai Gedambaan, Kabupaten Kota Baru. Mudah menjangkau kabupaten berjuluk Bumi Saijaan ini. Dari Jakarta naik kapal terbang ke Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin. Keesokan paginya melanjutkan perjalanan udara dengan pesawat Trigana Air ke Bandara Stagen, Kota Baru. Bisa juga naik Kapal Cepat Kirana Jawa-Sulawesi-Kalimantan. Selanjutnya mencarter mobil travel ke lokasi upacara.
Sumber: Majalah Travel Club
wisata kalimantan selatan
Sabtu, 13 Agustus 2011
Jembatan Tarzan di Bangkirai
Dekat dari kota Balikpapan terdapat lokasi wisata alam Bukit Bangkirai. Jaraknya hanya sekitar satu setengah jam perjalanan menuju ke Samarinda. Namun dari pertigaan Sepaku Semol ke kawasan seluas 15 juta hektar, jarak yang 20 kilometer ditempuh dalam 40 menit. Maklum jalannya jelek. Kawasan ini dikenal luas sebagai pemilik canopy trail atau jalan di tajuk pohon pertama di Indonesia. Namun bukan hanya jembatan gantung saja yang menjadi daya tarik di Wisata Alam Bangkirai. Di sana ada kebun bunga anggrek. Dengan mata telanjang, kita bisa memandang batang, daun, dan bunga anggrek itu. Kita bisa menyentuh aneka anggrek seperti Anggrek Hitam (Coelegyne pandurata), Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum), Anggrek Sisik Naga (Cymbidium antropurpureum), Anggrek Joget (Bromheadia fynlaysoniana), Anggrek Kala, dan lain-lain. Selain itu di sana juga sedang dikembangkan buah-buahan hutan seperti matoa, manggis (Garcinia mangostana), Lai (Durio kutejensis), mentega (Diospyros sp.).
Pada malam hari wisatawan pun masih ditawari untuk melihat jamur fosfor, jamur yang memancarkan cahaya pada malam hari. Menurut Suparno, penjaga malam di kawasan itu kepada SH, tiga jamur itu oleh penduduk setempat disebut Jamur Flores, Jamur Akar, dan Jamur Payung. ”Kita harus menyusuri jalan setapak untuk melihat jamur itu. Kalau bisa kita pilih pada saat bulan sedang menyipit,” katanya.
Sementara itu kekayaan satwa alam juga masih bisa dijadikan andalan untuk ditonton dan didengar wisatawan. Meski kita tidak bisa melihat, suara aneka burung masih terdengar di sana-sini. Binatang melata sepeti biawak kecil pun kadang terlihat. Belum lagi binatang kecil seperti bajing, kancil, babi hutan, dan kera masih hidup bebas di kawasan ini.
Aneka burung seperti Burung Enggang (Buceros rhinoceros) maupun Burung Surga (Tersiphone paradisi) lebih banyak menyombongkan diri dengan suaranya daripada memperlihatkan tubuhnya. Namun, suara di tengah hutan, di pucuk cabang ketinggian pohon, sudah memberikan gambaran bahwa mereka hidup bebas di alam ini. Rusa Sambar (Coruus unicolor) ditangkarkan di lahan berpagar kayu kokoh seluas 3,5 hektare. Pengunjung pun bisa merapa tanduk dan kulit rusa jinak yang suka menghampiri dan menyapa wisatawan.
Untuk menahan agar wisatawan lebih lama tinggal di sana, pengelola pun mendirikan lima cottages dengan sewa Rp 250.000 - Rp 450.000 per harinya. Bahkan jika ingin lebih hemat, bisa menginap di Jungle Cabin dengan harga Rp 200.000 per hari. Bukan itu saja, bila ingin menginap di tenda, di alam bebas, di sana pun disewakan tenda dan menempati area camping ground per hari Rp 25.000.
Urusan makan, tidak perlu dikhawatirkan. Di tempat itu ada pusat jajan serba ada. Mulai makanan ringan hingga makanan berat. Pendek kata, tak perlu bingung. Soal harga, memang sedikit lebih mahal dibandingkan dengan makanan di dalam kota lantaran keterpencilan lokasi. Namun semua harga masih dalam batas kewajaran.
Jali, seorang pegawai kawasan wisata itu, pada hari Minggu jumlah wisatawan bisa mencapai 400 orang. Dari jumlah itu, 35 persen justru para turis asing. ”Tapi pada hari-hari biasa sepi-sepi saja. Masa panen wisatawan adalah pada waktu liburan sekolah,” katanya.
Penulis : Su Herdjoko
Sumber : Sinar Harapan
Foto : http://serbetninixflu.blogspot.com
Pada malam hari wisatawan pun masih ditawari untuk melihat jamur fosfor, jamur yang memancarkan cahaya pada malam hari. Menurut Suparno, penjaga malam di kawasan itu kepada SH, tiga jamur itu oleh penduduk setempat disebut Jamur Flores, Jamur Akar, dan Jamur Payung. ”Kita harus menyusuri jalan setapak untuk melihat jamur itu. Kalau bisa kita pilih pada saat bulan sedang menyipit,” katanya.
Sementara itu kekayaan satwa alam juga masih bisa dijadikan andalan untuk ditonton dan didengar wisatawan. Meski kita tidak bisa melihat, suara aneka burung masih terdengar di sana-sini. Binatang melata sepeti biawak kecil pun kadang terlihat. Belum lagi binatang kecil seperti bajing, kancil, babi hutan, dan kera masih hidup bebas di kawasan ini.
Aneka burung seperti Burung Enggang (Buceros rhinoceros) maupun Burung Surga (Tersiphone paradisi) lebih banyak menyombongkan diri dengan suaranya daripada memperlihatkan tubuhnya. Namun, suara di tengah hutan, di pucuk cabang ketinggian pohon, sudah memberikan gambaran bahwa mereka hidup bebas di alam ini. Rusa Sambar (Coruus unicolor) ditangkarkan di lahan berpagar kayu kokoh seluas 3,5 hektare. Pengunjung pun bisa merapa tanduk dan kulit rusa jinak yang suka menghampiri dan menyapa wisatawan.
Untuk menahan agar wisatawan lebih lama tinggal di sana, pengelola pun mendirikan lima cottages dengan sewa Rp 250.000 - Rp 450.000 per harinya. Bahkan jika ingin lebih hemat, bisa menginap di Jungle Cabin dengan harga Rp 200.000 per hari. Bukan itu saja, bila ingin menginap di tenda, di alam bebas, di sana pun disewakan tenda dan menempati area camping ground per hari Rp 25.000.
Urusan makan, tidak perlu dikhawatirkan. Di tempat itu ada pusat jajan serba ada. Mulai makanan ringan hingga makanan berat. Pendek kata, tak perlu bingung. Soal harga, memang sedikit lebih mahal dibandingkan dengan makanan di dalam kota lantaran keterpencilan lokasi. Namun semua harga masih dalam batas kewajaran.
Jali, seorang pegawai kawasan wisata itu, pada hari Minggu jumlah wisatawan bisa mencapai 400 orang. Dari jumlah itu, 35 persen justru para turis asing. ”Tapi pada hari-hari biasa sepi-sepi saja. Masa panen wisatawan adalah pada waktu liburan sekolah,” katanya.
Penulis : Su Herdjoko
Sumber : Sinar Harapan
Foto : http://serbetninixflu.blogspot.com
Langganan:
Postingan (Atom)